by Hesti Trisnawati | Jan 20, 2025 | Asik Nambah Ilmu, Tips

Nilai Komunikasi
Komunikasi mungkin suatu hal yang biasa dilakukan dalam keseharian. Hingga banyak orang yang menilai komunikasi ini biasa-biasa saja. Luput dari perhatian, jarang dievaluasi, terlebih ditingkatkan ‘nilainya’. Padahal komunikasi adalah salah satu kunci penting dalam interaksi antar manusia dalam kehidupan, baik itu dalam lingkup keluarga maupun masyarakat. So IPers, tertarik kan meningkatkan ‘nilai’ komunikasinya dari biasa menjadi istimewa?
Komunikasi adalah suatu keterampilan yang akan makin mahir bila sering dipraktikkan. Tentunya perlu kiranya ilmu tentang komunikasi. Berbekal ilmu tersebut bisa kita praktikkan pada lingkup terkecil dulu, yakni keluarga. Tak jarang kita dengar, hubungan dalam keluarga menjadi tidak baik-baik saja karena komunikasi yang buruk. Jadi, Komunikasi yang bagaimanakah yang patut kita latih dan praktikkan?
Teknik Komunikasi
IPers mungkin mengetahui beberapa teknik komunikasi, seperti teknik komunikasi efektif, teknik komunikasi asertif dan lainnya. Teknik komunikasi berikut, yang dicontohkan oleh Ibu Najeela Shibah (2018) bisa disebut sebagai teknik komunikasi ekspresif.
Kemampuan mengekspresikan diri dengan baik adalah kunci dalam keluarga. Beberapa keterampilan dasar dan contoh komunikasi berikut ini perlu dilatih dan dipraktikkan saat berkomunikasi dalam keluarga:

Teknik Komunikasi Ekspresif
1.Mengungkapkan kebutuhan diri tanpa menyerang dengan i-massage
- Aku sedih saat kamu sering lupa waktu saat pegang gadget saat weekend, aku ingin kita lebih banyak berinteraksi, tidak sibuk sendiri dengan gadget agar anak-anak juga happy bermain tanpa gadget.
- Aku khawatir bila kamu tidak mengupdate posisi, kabari saja bila mau berangkat, agar aku tau kira-kira sudah sampai mana perjalanannya
2. Mengungkapkan maaf karena sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan adalah kontribusi banyak pihak.
- Aku minta maaf ya bila lost controll
- Maaf ya bila muncul lagi ngambeknya
- Kucoba untuk tidak diem-dieman lagi
3. Menyatakan persetujuan walaupun tidak harus sepenuhnya sependapat, pasti ada unsur yang kita bisa bersepakat
- Benar juga pendapatmu
- Iya benar seperti itu
- Aku setuju kalau begitu
- Yuk kita bahas kesepakatan
4. Mengungkapkan kebutuhan diri disaat sulit tanpa khawatir ditolak atau gengsi
- Aku butuh waktu untuk menenangkan diri
- Tolong dengar dan ingat kesepakatan kita
- Aku merasa geregetan kalo kamu tetap saja begitu
- Gimana caranya aku bisa mengingatkanmu?
5. Menyatakan apresiasi/penghargaan dengan rutin, bahkan terhadap hal kecil
- Aku paham maksudmu
- Ide bagus, yuk pikirkan, what next?
- Ini masalah kita bersama, gimana baiknya?
- Aku merasa kesal kalau kamu tetap seperti itu
Intinya mengekspresikan perasaan yang muncul kemudian ungkapkan apa harapannya. Demikian, para anggota keluarga mengenali perasaan kita, tahu apa harapan kita dan bagaimana respon yang tepat. Apabila belum sesuai dengan harapan, perlu kiranya belajar bersama bagaimana merespon dengan tepat. Sudah siap berlatih dan praktik teknik komunikasi ekspresif ini IPers?
Referensi:
Shihab, Najeela. 2018. Keluarga Kita: Mencintai dengan Lebih Baik. Buah Hati. Tangerang Selatan
by Hesti Trisnawati | Sep 8, 2024 | Artikel, Asik Nambah Ilmu, Tips

Semangat pagi IPers,
Catat mencatat bukan hanya berlaku pada jaman sekolah ya! Perempuan sebagai pibadi, atau pekerja dan atau sebagai ibu juga perlu lho punya kebiasaan mencatat. Bagaimana bisa dan buat apa sih? 3 Manfaat ini bisa buat kamu suka mencatat!
Yakin deh, IPers adalah sosok perempuan pembelajar. Tak kenal usia untuk terus menimba ilmu pengetahuan. Mengupgrade dirinya untuk bertumbuh, berkembang, menjadi sosok yang lebih baik, lebih maju. Benar begitu? Jaman sekarang, kanal belajar sangat banyak, metodenya beragam, medianya juga bermacam-macam. IPers tinggal pilih dan akses sesuai dengan gaya belajar, kebutuhan dan kemampuan diri.
Komunitas Ibu Profesional sangat concern dalam pemberdayaan perempuan, terutama bagi perempuan yang terus bersemangat belajar. Kayak kita kan IPers:) Belajar, kuliah, berkembang, berproduktif, berdampak difasilitasi oleh komponen Institut Ibu Profesional yang dikemas dalam bentuk perkuliahan yang update dan sesuai kebutuhan para perempuan.
Boleh tahu ya, selama belajar, apa yang IPers biasanya lakukan? Boleh dijawab di kolom komentar ya! Mungkin ada yang biasa mencatat di buku, mencatat di media digital, merekam, membuat konten di media sosial, membuat artikel ulasan dan lain sebagainya. IPers tim yang mana nih?
Manfaat Mencatat
Kalau writer sih tim mencatat di buku, karena ada sensasi asyik saat menggoreskan tinta ke lembaran kertas. Selain feel sensasi ternyata mencatat juga punya banyak manfaat lho! Apa saja ya, yuk simak dan bila perlu dicatat:)

1. Mencatat adalah salah satu cara mengikat ilmu
Ilmu yang kita peroleh dari guru, buku, kelas, seminar dan lain-lain hendaknya kita catat atau tuliskan. Agar ilmu tersebut terikat dalam catatan pena dan makin membekas dalam ingatan. Dengan mencatat juga mengikat ilmu-ilmu yang berserakan saat kita berkelana menimba ilmu.
2. Mencatat sebagai release feeling
Terkadang dari ilmu yang sudah diserap, mampu kita tuang kembali dengan bahasa dan output yang berbeda. Tak jarang, hal tersebut menggugah kesadaran kita, memantik rasa penasaran akan hal lainnya atau jadi mengungkit pengalaman kita yang lama. Maka, respon atas ilmu yang kita serap, bisa diurai dan diungkap di catatan. Rasa lebih lapang biasanya akan menyertainya.
3. Mencatat bisa memantik gagasan
Menuang pikiran, perasaan, apapun yang kita tangkap menjadi tulisan itu berbeda dari menggambar dalam ruang pikiran.Lebih jelas ‘bentuk’nya. Sering kali aliran kata-kata itu mengalir pelan, bisa juga lancar, bahkan deras. Aliran itu sering kali membawa ‘muatan’ lain yang tak disangka-sangka. Seperti gagasan, perasaan lapang, pencerahan, bisa juga solusi/penyelesaian. Coba deh IPers!
Tips Memulai Kebiasaan Mencatat
Sepenting itu manfaat dari mencatat, maka mari bulatkan tekad untuk mencatat! Bagaimana cara memulai kebiasaan mencatat? Gampang IPers, yuk ikuti tips-tips simpel berikut ini:

1.Jadikan catatan itu mudah
Catat apa saja yang terlintas dipikiran, terlihat oleh pengamatan, di notes kecil. Lebih baik gunakan notes yang IPers gemari dari segi tampilan dan bentuknya. Tulis singkat, dengan simbol atau gambar yang mewakili. Yang terasa mudah IPers kerjakan saja!
2. Jadikan catatan itu terlihat
Itu sebabnya IPers perlu memilih notes/catatan yang menarik dan ditempatkan di tempat/posisi yang mudah terjangkau atau terlihat. Dengan demikian selalu teringat untuk rajin mencatat. Lebih mudah lagi bila notes ditemani terus oleh alat tulis bolpoin/pensil ya IPers!
3. Buka mata, buka hati
Belajar lebih peka pada sekeliling, dari apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasa. Inspirasi itu berserakan di sekitar kita, semakin peka, akan semakin banyak inspirasi yang bisa kita tangkap. Jangan lupa untuk segera mencatatnya yah! Biar tidak terbang, hilang begitu saja.
Nah IPers, tidaklah susah membiasakan mencatat kan, apalagi kita sadar dan tahu benar manfaat mencatat. Sekarang, masih bingung memulai darimana? Coba tulis pengeluaran satu hari ini. Selanjutknya di akhir hari, tulis perasaanmu sebelum tidur, Besok bisa ditingkatkan hasil pengamatan anak di pagi hari. Dan seterusnya ditingkatkan hari per hari! Selamat mencatat!
by Hesti Trisnawati | Aug 12, 2024 | Asik Nambah Ilmu, Pengembangan Diri

Hai IPers
Sharing is caring. Quotes cantik ini sudah lama mengudara di atmosfer komunitas Ibu Profesional (IP). Berbagi adalah bentuk kepedulian. Tak sekedar dibingkai sebagai quotes cantik, sharing is caring dibumikan menjadi core value Ibu Profesional. Harapannya semua member IP memiliki nilai mulia ini. Bagaimana cara menggali nilai berbagi, penulis punya kiat-kiat dari tokoh muda, seorang pembaharu di bidang digital education, Iman Usman.
Profil Iman Usman
IPers kenal sosok Iman Usman? Paling dikenal sebagai founder Ruangguru. Sebuah start up dibidang teknologi pendidikan, platform yang paling populer dan diunduh oleh lebih dari 11 juta pengguna Indonesia. Iman Usman yang sejak kecil berprestasi di sekolah, terus concern dibidang pendidikan. Hingga menjadi inovator dan changemaker dibidang pendidikan yang berhasil menyabet berbagai penghargaan bergengsi di dalam dan luar negeri. Singkat kata, Iman Usman adalah pemuda dengan segenap potensi, bakat, skill dan value yang luar biasa!
Buku ‘Masih Belajar’ Iman Usman
Perjalanannya mencapai titik kesuksesan dibidang pendidikan tentu penuh liku dan kisah berharga. Iman Usman menceritakannya dalam buku ‘Masih Belajar’. Bermaksud berbagi kisah hidup sekaligus pelajaran yang ia dapat selama perjalanan hidupnya. Selain sebagai karya dan pengingat diri, Iman Usman berpikir perjalananannya yang tidak sempurna bisa dibagikan ceritanya. Sejatinya, hidup ini tak ada yang sempurna, bukan?
Iman Usman berharap dari buku ‘Masih Belajar’, banyak pesan dan hikmah yang bisa diserap oleh pembacanya. Buku ‘Masih Belajar’ Iman Usman bermuatan banyak value yang sangat berharga, untuk sesama generasi muda juga untuk kita semua, para orang tua. Tulisan ini fokus membahas menggali nilai berbagi ala Iman Usman.
Kenapa Iman Usman?
Kenapa Iman Usman? Kiprah social activity Iman Usman santer terdengar. Disamping prestasinya di bidang akademis, seorang young leader dan changemaker ini juga concern social sharing. Tak sedikit gerakan dan projectnya yang bernafas charity. Bagaimana bisa seorang anak muda yang sibuk dengan segudang aktivitas produktifnya sudi mengalokasikan waktu dan tenaganya untuk orang lain! Mari kita menggali nilai berbagi seorang Iman Usman.
Berbagi Sejak Kecil
Bukan sedari besar dan berada, Iman Usman mulai sharing. Sejak kecil ide-ide berbagi itu sudah berkembang. Walau keluarga Iman Usman tergolong sederhana, orang tua Iman sering membelikan buku-buku bekas untuk memfasilitasi kegiatan belajarnya. Melihat tumpukan koleksi buku dan warung orang tua yang lama tak difungsikan, terbersit gagasan untuk membuka perpustakaan. Tujuannya agar teman-teman dan anak-anak kecil di sekitar rumahnya bisa meminjam dan membaca buku-bukunya dengan skema yang lebih jelas.
Aksi sederhana dan spontan tersebut menjadi fondasi awal Iman Usman bergerak di bidang sosial. Sejak saat itu Iman Usman percaya bahwa perubahan bisa dilakukan oleh siapa pun, tidak mengenal umur. Sekaligus sebagai motivasi dan pengingat dirinya untuk terus berjuang dibidang pendidikan.

Pesan yang didapat Iman Usman dengan aktif di berbagai aktivitas sosial
Nyatanya gerakan sosial terus berkelanjutan hingga sekarang, hingga Iman Usman dewasa. Bila ditanya pesan apa yang Iman Usman peroleh dengan aktif di berbagai aktivitas sosial. Dia menjawab berbeda-beda setiap tingkat perkembangan kedewasaannya. Namun, ada pesan yang bisa dipetik oleh kita, pembaca.
Pesan yang dirasa saat kecil
Dulu, waktu kecil, Iman Usman mendapatkan kenyamanan dan penerimaan dengan beraktivitas sosial. Ketika remaja, masa kuliah, terlibat di aktivitas sosial membantu Iman Usman mengenal diri sendiri. Disana ia mengeksplorasi bakat dan potensinya tanpa takut salah ataupun dinilai oleh orang lain.
Pesan yang dirasa saat dewasa
Sekarang, Iman Usman sudah dewasa, terlibat di aktivitas sosial adalah wujud rasa syukur. Wujud tindakan pay it forward (kebaikan itu harus diteruskan, agar dia menular) yang terus dilakukan dalam keseharian. Melayani memberi rasa damai dan tenteram dalam hidup Iman Usman.
Iman Usman sadar bahwa ia tak kan mampu sampai ke titik pencapaian ini, tanpa ada uluran tangan-Nya dan tangan orang-orang lain. Yang menunjukkan jalan, yang membuka kesempatan, yang memberi semangat, yang percaya gagasannya, yang membantu banyak hal lainnya.
Sadar akan hal itu, Iman Usman berusaha untuk pay it forward disetiap hal yang ia kerjakan. Harusnya tidak ada kata cukup bagi berbagi.
Berbagi bukan saat kita diberi kelimpahan saja, tapi setiap saat.
Selama ini Iman Usman pikir giving back sebagai duty atau responsibility,
padahal berbagi itu adalah sebuah sebuah privilege.
Menggali nilai berbagi
Terpukau ya IPers membaca pesan yang dirasa oleh Iman Usman dengan terlibat di aktivitas sosial. Lantas, apa value mulia itu sudah berada dalam dada kita IPers? Apa salah bila kita belum punya kesadaran tersebut? Beraktivitas sosial hanya untuk isi waktu luang atau sekadar pentas aktualisasi diri?
Iman Usman menjawab, tidak apa-apa, tidak salah. Menurutnya, waktu akan tiba sendiri. Semakin banyak berinteraksi dan berkegiatan sosial, rasa empati itu akan tumbuh dengan sendirinya. Berkegiatan sosial bukan lagi menjadi keharusan atau pembalasan dari rasa bersalah pada hal lain, namun menjadi kebutuhan.
Well IPers jangan pikir-pikir lagi saat akan berbagi. Pasti ada something yang bisa dipetik dan meningkatkan value diri. Jadi, apa cara jitu menggali nilai berbagi? Yakni, jangan tunda aktivitas berbagi dan teruslah berbagi.

Sumber pustaka:
Iman Usman. 2019. Masih Belajar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
by Hesti Trisnawati | Jun 4, 2024 | Asik Nambah Ilmu, Pengembangan Diri, Tips

Mengobati Dalih
Suatu alasan yang (dicari-cari) untuk membenarkan suatu perbuatan, itulah dalih. Mengkambinghitamkan alasan tertentu kerap digunakan sebagai ‘penyebab’ kegagalan. Orang-orang yang tidak sukses sering kali berdalih, meracuni pikirannya sendiri, menjadi lebih parah hingga menjadi penyakit. Merasa pernah terjangkiti penyakit ini?
Setiap kali orang ini berdalih, dalih tersebut tertanam kian dalam di alam bawah sadarnya. Pikiran kita, baik positif maupun negatif akan bertambah kuat ketika dipupuk dengan pengulangan, terus menerus. Dalihnya mungkin kebohongan belaka. Namun kian sering ia mengulanginya, dirinya kian yakin bahwa dalih itu benar. Iya yakin dalihnya adalah alasan utama kegagalannya.
Berbagai macam alasan digunakan orang sebagai dalih membenarkan sikapnya yang enggan bertindak, dan atau sebab kegagalannya. Berikut ini beberapa bentuk dalih yang kerap dibuat jurus/alasan orang tidak sukses:
- Dalih Kesehatan
Dalih kesehatan beragam, dari “Saya merasa kurang sehat” hingga “Itu karena saya sering sakit”. Pastinya, tidak ada orang yang memiliki kesehatan sempurna, atau fisik yang tanpa cela. Banyak orang yang menyerah seluruhnya atau sebagian kepada dalih kesehatan. Tetapi orang yang berpikir sukses tidaklah demikian. Cara-cara ini bisa dipakai untuk mengobati penyakit dalih kesehatan:
- Jangan berbicara tentang kesehatan Anda
- Jangan mengkhawatirkan kesehatan Anda
- Bersyukurlah Anda dianugerahi kesehatan yang baik
Kian sering membicarakan tentang penyakit Anda, biasanya kondisinya kian memburuk. Karena mengeluh, akan memperburuk. Sebaliknya, pikiran yang terus positif dan optimis serta banyak bersyukur akan banyak usaha dan kemajuan yang dibuat untuk mengisi waktu yang masih ada.

4 bentuk dalih yang kerap dibuat alasan orang tidak sukses:
2. Dalih Kecerdasan
Merasa kurang cerdas, kerap mengkerdilkan usaha orang untuk sukses. Sebagian besar dari kita membuat dua kesalahan mendasar mengenai kecerdasan, yakni:
- Meremehkan kecerdasan kita sendiri
- Menganggap kecerdasan orang lain terlalu tinggi
Orang-orang yang tidak sukses, sering kali tidak menerima tantangan, sebab merasa kurang cerdas atau kurang cakap. Gagal sebelum berlaga! Padahal yang paling menentukan adalah pola pikir yang membimbing kecerdasan Anda jauh lebih penting daripada besarnya kecerdasan yang Anda miliki. Juga, minat dan antusiasme yang mampu menjadi bahan bakar super besar dibanding kecerdasan itu sendiri. Ketekunan juga yang menentukan kesuksesan orang dalam pekerjaan atau meraih cita-citanya. Cara-cara ini mampu untuk menangkal dalih kecerdasan:
- Jangan meremehkan kecerdasan diri sendiri dan menganggap kecerdasan orang lain terlalu tinggi
- Setiap hari, ingatkan diri sendiri bahwa sikap dan pola pikir itu lebih penting dari kecerdasan itu sendiri
- Ingatlah, kemampuan berpikir jauh lebih bernilai daripada kemampuan mengingat fakta
3. Dalih Usia
Dalih usia adalah penyakit kegagalan di mana seseorang merasa terlalu tua atau terlalu muda. Dalih ini sering kali menutup peluang. Mereka merasa usialah yang menjadi kendala sehingga tak mau mencoba hal baru. Usia tidak terkait langsung dengan kemampuan, kecuali Anda meyakinkan diri sendiri bahwa pertambahan usia akan menyebabkan semakin matang.
Bila Anda merasa terlalu tua untuk meraih profesi dambaan. Yakinlah, masih ada dua puluh tahun produktif yang terbentang dihadapan. Maka kejar dan rengkuhlah dengan optimis dan semangat! Camkan ‘Lebih baik bekerja sampai tua daripada menganggur karena Anda tua’. Kapan seseorang dikatakan terlalu muda? Syarat terpenting adalah seberapa baik pengetahuan Anda terhadap pekerjaan dan memahami orang lain, maka cukup matang untuk menjalankannya.
Ketika Anda mengalahkan ketakutan terhadap batasan usia, Anda akan hidup lebih lama dan makin sukses. Cara menghilangkan dalih usia, antara lain:
- Pandang usia saat ini dengan positif
- Hitung saja sisa waktu produktif
- Investasikan masa depan untuk mewujudkan cita-cita, jangan berpikir sudah terlambat
4. Dalih sebagai ‘pembawa sial’
Kerap kali kita mendengar seseorang menyalahkan nasib sial saat tertimpa masalah. Pun, sering menganggap kesuksesan orang lain sebagai nasib mujur. Tentu semua orang percaya bahwa kesuksesan direngkuh dengan kerja keras, ketekunan dan perencanaan matang, bukan keberuntungan semata.
Taklukkan dalih keberuntungan dengan cara berikut:
Yakin ada hukum sebab akibat. Kesuksesan diraih karena kerja, usaha dan pola pikir yang besar, bukan nasib semata. Saat kegagalan menimpa, orang sukses akan belajar dan kembali merebut kembali kesuksesan itu. Tidak melulu menyalahkan nasib yang sial. Jangan menjadi penghayal. Jangan bertopang dagu dengan bermimpi merengkuh kesuksesan tanpa berusaha, dan hanya mengandalkan keberuntungan.
Dalam program individual berpikir besar, berpikir sukses, prosedur pertama yang harus dijalani adalah memvaksinasi diri Anda untuk melawan dalih penyakit kegagalan. Yakni penyakit dalih seperti dalih-dalih diatas!
Sumber referensi:
Schawartz, David J. 2023. The Magic of Thinking Big. MIC Publishing. Surabaya
by Hesti Trisnawati | Feb 15, 2024 | Asik Nambah Ilmu, Pengasuhan Anak

Tips Mengelola Emosi Anak
Pertama, Kelola Emosi Orang Tua
Tips mengelola emosi yang actionable sejatinya sangat perlu bimbingan dan contoh dari orang tuanya. Karena mengelola emosi anak, pada dasarnya adalah melatih kelola emosi orang tuanya lebih dulu. Karena, anak mungkin pernah salah mendengar, tapi anak tak pernah salah mencontoh. Orang tua menjadi role mode anak dalam segala hal, segala aspek kehidupan terutama ekspresi emosi dan bagaimana merespon emosi tersebut. Maka, yang bisa diusahakan orang tua adalah meneladani dan melatih anak mengelola emosi.
Interaksi dengan pasangan dan anak serta anggota lain dalam keseharian tentu terselimuti oleh beragam emosi. Terutama interaksi dengan anak, yang sangat intens frekuensinya. Bagi seorang ibu, saat anak masih kecil dan tinggal bersama, membersamai anak dari membuka mata hingga tidur setiap hari adalah separuh hidupnya. Tak terpisahkan! Tingkah laku anak dan tantangan mengelola keluarga tentu mempengaruhi kondisi emosi orang tua, terutama ibu. Kadang juga timbul gesekan, perselisihan dan ketidaksesuaian lain dengan anak, hingga kita lost controll atau ‘agak emosi’ seperti berkata nada tinggi, ekspresi marah, mencap, membandingkan. dan lain-lain yang kurang nyaman dilihat dan didengar. Ingatlah bahwa:
Yang terekam bukan nasihat kita. Melainkan emosi yang menyertai setiap kata!
Nasehat-yang terucap berlandas sayang- sulit sampai ke anak, bila kita menyampaikannya dengan emosi. Melainkan, emosi-lah yang ter-hight light. Tentu tak mudah melepas emosi yang menyertai nasehat disaat kondisi sedang tak ideal atau tak kondusif. Itulah perlunya melatih kelola emosi!
Baca juga:
Self Acceptance – Memahami Diri untuk Melangkah Lebih Pasti
Doodle & Journaling Class For Kids
5 Action Kelola Emosi
Berikut 5 action yang bisa dilatihkan untuk mengelola emosi. Baik itu untuk orang tua, maupun orang tua yang sedang melatih ananda:
1.Menyadari
Diawali dengan hidup yang dijalani dengan berkesadaran atau mindfulness. Maka, akan lebih baik lagi radar diri menyadari emosi yang hadir. Apa yang perlu dilakukan setelah sadar? Tenang? Ya, tenang! Memberi jeda yang cukup untuk otak berfikir jernih. Latih anak untuk tenang, ciptakan situasi yang tenang dan tentunya jadilah ibu yang tenang!
2. Mengenali
Menyadari ada emosi yang hadir di hati, ibarat tamu yang datang terus masuk tanpa mengetuk. Secepatnya perlu kita kenali ‘tamu’ tersebut. Apa yang kita rasakan dengan datangnya tamu tersebut? Apakah merasa tenang, hati merasa rileks? Atau dada terasa deg-degan, atau terasa panas sampai ke ubun-ubun? Atau malah terasa mudah lelah dan tersinggung? Coba tanyakan gejala yang dirasakan oleh anak.
3. Menamakan
Emosi yang telah kita kenali indikasinya itu, akan bisa kita beri label-in atau diberi nama. Apakah itu namanya si marah, si tenang, si kecewa, si gugup, si bahagia dan lain sebagainya. Rasanya, nama-nama tersebut familiar dalam keseharian, hanya saja kita tidak terbiasa melabelinya pada emosi yang sedang hadir dalam diri, ya akan?! Biasakan sounding nama emosi saat anak mengalami. Contoh: “Adek gugup yaa karena mau lomba pidato besok pagi?” atau “Sebel ya kak, penghapus pensilnya bolak balik hilang?!”
4. Menerima
Menerima segala rasa dan emosi yang hadir bukan hal yang gampang. Khususnya untuk emosi yang terindikasi negatif, seperti marah, kecewa, sedih, putus asa dan lain-lain. Pesan terselubung bahwa emosi negatif itu harus ditekan, ditolak dan disangkal. Membuat kita cenderung tidak mau menerimanya. Seyogyanya segala emosi diterima, jangan dulu disangkal! Apa pun jenis emosi yang hadir. Dengan menerima, kita lebih siap merespon dan mengelola emosi dengan tepat. Bagaimana biar anak juga bisa menerima? Bisa dengan mengelus punggung anak sambil memvalidasi emosinya: “sedih ya kak, ndak bisa juara satu?!” Atau ada jurus jitu lain?
5. Memberi ruang
Manusiawi jika emosi timbul naik turun, pasang surut. Hadir saat situasi hati dan kondisi fisik bervariasi, tentatif. Terkadang pas siap dan fisik prima, emosi diterima dan dikelola dengan tepat. Lain kondisi mungkin tidak bisa tepat dan ideal. Maka, perlu kiranya memberi ruang bagi emosi untuk berdiam dalam ruang kalbu. Pun kita sebagai manusia yang ‘terjangkiti’ emosi, perlu juga ruang ‘mencerna’ segala yang datang agar bisa merespon dengan tepat. Tak masalah bila kita minta waktu menenangkan diri saat terjebak situasi yang menstimulus emosi tinggi. Contoh situasi saat salah satu anak kita memecahkan vas bunga kristal kesayangan Eyang: “Nak, menjauh dulu gih dari pecahan ini, mama perlu segera membereskan ini” (sembari kita menenangkan diri juga dan anak juga terhidar dari omelan)
Mengelola emosi anak, kuncinya ada pada kita, orang tuanya. Maka, latih diri sendiri dulu sebelum mengajarkan anak hal tersebut. Karena kelola emosi bukan perkara mudah, bila kita- orang tuanya- saja tidak mempu mengelola. Mari latihan, latihan, latihan, lalu contohkan!
Referensi:
Aniq Al Faqiroh, 2022, Tips Mengelola Emosi Anak, https://www.youtube.com/live/QHkEEVIerZc?si=Jnxs9b9_RL7ny7JF
by Hesti Trisnawati | Feb 1, 2024 | Asik Nambah Ilmu

Tahun Baru, Adakah Perubahan Baru?
Tahun Baru, Moment Perubahan Baru
Selamat tahun baru 2024! Tahun sudah berganti, masehi bertambah angka lagi . Apakah ditahun baru, ada perubahan? Perlu perubahan baru? Mengapa moment tahun baru identik dengan perubahan? Bisa jadi awal tahun baru menjadi awalan yang tepat untuk suatu perubahan. Karena, awal tahun rasanya bak membuka lembaran buku yang baru. Dengan beberapa rencana di kepala dan janji pribadi di hati. Akan lebih baik lagi bila dituliskan dicatatan secara nyata, bukan angan-angan saja. Bisa di notes, buku harian, aplikasi smartphone, dan lain sebagainya. Agar tak lekas menguap ditiup semilir angin, yang melenakan, membuat kita malas gerak alias mager. Jadi, kapan bergerak untuk suatu perubahan.
Antisipasi Perubahan
Perubahan adalah suatu keniscayaan. Pasti terjadi walau tahun belum berganti, atau waktu baru bergeser beberapa menit. Perubahan yang ‘halus’ biasanya tak terendus. Tiba-tiba saja menggelundung, membesar, mengejutkan. Maka, apa yang harus kita persiapkan dalam mengantisipasi perubahan?
1. Sadar dan terima perubahan
Perubahan adalah suatu keniscayaan, akan selalu ada selama roda kehidupan terus berputar. Ada atau tiadanya Anda, perubahan itu akan terus ada. Akan kita temui dan hadapi hingga akhir hayat. Tak dapat ditolak atau dihindarkan.
2. Tetaplah bergerak walau sudah berada di zona nyaman
Zona nyaman seperti sebuah stasiun atau persinggahan yang nyaman, aman, tercukupi, tidak ada hambatan atau masalah. Semua aman dalam kendali diri. Mengerjakan sesuatu yang rutin dan tak lagi sulit, ritmenya teratur, dan tak ada tantangan yang mendorong untuk maju. Sangat melenakan! Hingga kita tak sadar mungkin sedang jalan di tempat atau bahkan mundur perlahan. Maka bergeraklah, perlu juga beberapa waktu bergerak acak, keluar dari rel reguler. Cobalah hal baru, mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda.
3. Teruslah ‘mengendus’ agar tahu kapan harus ‘move’.
Memperhatikan perubahan-perubahan kecil sejak awal, akan membantu Anda menyesuaikan diri terhadap perubahan besar yang akan muncul. Senantiasa mawas diri, untuk selalu siap ‘lari’.
4. Jangan ragu bergerak ke arah yang baru
Sesuatu yang baru lumrahnya menjaga obor semangat kita terus diperbarui. Memantik gagasan dan gerakan baru, yang bisa jadi lebih baik atau lebih maju dari yang dulu. Berubah dan bergerak bersama perubahan itu sendiri.
Baca juga:
Self Acceptance – Memahami Diri untuk Melangkah Lebih Pasti
Nyambel Terasi: Nyambi Belajar Tentang Literasi
5. Bayangkan diri berada di ‘zona lain’ yang beda kenyamanannya
Pastinya zona nyaman itu tak hanya zona yang sedang kita singgahi. Ada banyak zona lain yang juga nyaman dan bahkan lebih nyaman. Bila kita tidak mau mencari dan eksplorasi mana mungkin bisa kita jumpai. Peluang membuat zona nyaman lain juga terbuka lebar bila kita tak lelah bergerak dan belajar.
6. Mudah untuk move on.
Semakin cepat Anda melupakan masa lalu, semakin cepat Anda menemukan kenyamanan baru. Sungguh mengenang masa lalu itu membuat pikiran seperti dipasung. Gagasan jadi mandeg dan gerakan jadi tidak maju-maju.
7. Jauh lebih aman bergerak, mencari atau membuat zona aman baru dibanding tetap bertahan di zona yang sudah defisit dan usang.
Walau kita tak tahu jalan apa yang bakal kita lewati, resiko apa yang akan dihadapi. Menaklukkan rasa takut itu sungguh membebaskan. Bebas dari rasa berat, seperti meninggalkan batu besar dibelakang. Pemberat yang selama ini menggelanyut, menghambat kita untuk bergerak maju.
8. Nikmati perubahan. Maknai sebagai petualangan baru, karena rasa yang baru pasti akan mengikutimu.
Rasa baru akan memperkaya khazanah rasa dalam tabula rasa jiwa. Jiwa yang kaya dan penuh akan membagikan rasa dan semangat pada sesama. Kekuatan berbagi yang berkembang akan meningkat menjadi berdampak.
Bila dirasa Anda belum banyak bergerak, maka tahun baru ini moment bagus untuk memulai. Mumpung masih semangat baru diperbarui, hayuklah gaskeun! Karena bila Anda tidak berubah, Anda akan punah!
Celoteh Mahasiswi