Alhamdulillah PIJAR #1 telah selesai dilaksanakan. Begitu banyak materi yang sangat ndaging diberikan pada hari itu. Bagaimana dengan para bunda dan kakak di Selasar, menyimak juga dong ya?
Atau malah ketinggalan?
Buat yang ketinggalan, jangan khawatir… videonya bisa disimak lewat channel Youtube Official IIP lo. Atau tinggal klik saja di bawah ini:
Apa itu PIJAR?
Ada yang merasa bingung dari tadi mbak admin menyebut-nyebut istilah PIJAR berkali-kali? Biar nggak bingung lagi, mbak admin bisikin sini…
PIJAR (Pengalaman Ibu Pembelajar) merupakan kelas berbagi dari Institut Ibu Profesional yang dikelola oleh Bidang PPM (Penelitian dan Pengembangan Masyarakat).
Yup, bener banget. Sesi pertama PIJAR yaitu sharing secara live lewat akun IG official IIP pada Senin, 29 Juni 2020. Bertepatan dengan Hari Keluarga Nasional.
Sharing PIJAR #1 disampaikan oleh mbak Ressy Laila Untari Ningsih, Changemaker Mom 2019 yang telah berpengalaman dalam menjalani home education dan Omah Project bersama keluarganya. Pada sesi ini mbak Ressy berbagi bagaimana membentuk A Home Team di masa pandemi yang sebenarnya adalah waktu paling spesial untuk saling check in. Masih banyak sekali yang dibagikan oleh Mbak Ressy, tapi sebelum mbak admin jabarkan satu per satu, buat yang ingin kenal lebih dekat dengan beliau, bisa intip profilnya dulu di artikel “Kenal Lebih Dekat dengan Ressy Laila Untari”
Keluarga Kita, Kerumunan atau Tim?
Sudah nggak sabar ya [pengan tahu apa materi yang disampaikan Mbak Ressy? Makanya besok lagi kalau ada PIJAR atau event IIP lainnya, jangan sampai ketinggalan ya! Di atas juga sudah ada lo link videonya, gih ditonton sendiri hehe.
Tapi buat yang mau tahu resume versi mbak admin, apa sih yang nggak buat teman-teman pembelajar kesayangan? Baiklaah, yuk kita kepoin materi mbak Ressy yang sekarang sudah berdomisili di Jakarta lo. Yang tinggal di Ibu Kota, setelah pandemi bisa nih langsung belajar bareng ke rumah beliau, welcome banget katanya.
Mbak Ressy membuka sharing-nya dengan memberikan pengertian A Home Team lewat sebuah analogi yang menarik. Apa bedanya kerumunan dan tim?
Kerumunan contohnya adalah kehidupan di pasar. Ada banyak orang, namun semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Terkadang ada interaksi, terkadang tidak. Tidak ada saling memahami dan mendukung di sana.
Beda dengan sebuah tim, misalnya tim sepakbola. Di sebuah tim, semua orang memiliki perannya masing-masing. Semua orang yang ada di dalam tim memahami akan peran dan tugasnya. Dalam sebuah tim, ada value yang disepakati, ada tujuan bersama yang ingin dicapai. Ada kerjasama, komunikasi dan kolaborasi.
Dari analogi di atas, kira-kira masuk yang manakah keluarga kita? Kerumunan atau tim?
Mbak admin sih yakin kalau perempuan-perempuan pembelajar di IIP insya Allah keluarganya termasuk yang tim dong. Artinya di rumah-rumah kita sudah bertumbuh sebagai tempat berkumpul, saling berkomunikasi dan memahami demi mencapai tujuan bersama.
Dari analogi di atas, bisa diartikan bahwa Home Team adalah tim yang dibentuk di rumah. Sementara A Home Team adalah home team yang bernilai A. Home team yang memiliki kelas tertinggi, di mana masing-masing anggota memahami perannya masing-masing, saling berkomunikasi, berinteraksi dan bergerak sesuai perannya masing-masing.
Pandemi Covid-19 sekarang ini sebenarnya adalah waktu yang spesial, anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk bisa saling kembali check in antara sesama anggota keluarga. Bisa saling mendalami dan memahami lebih jauh lagi. Buat yang sudah biasa berkegiatan bareng, masa pandemi adalah masa-masa penguatan. Sementara buat yang belum rutin berkegiatan bareng dengan keluarga, maka masa ini adalah masa yang tepat untuk memulai proses tersebut.
Strategi Membangun A Home Team pada Masa Pandemi
Strategi untuk membangun a home team sebenarnya sangat mudah, sebagaimana telah sering disampaikan oleh guru kita, Ibu Septi Peni dan Pak Dodik Mariyanto yaitu melalui;
Main bareng, ngobrol bareng, dan beraktivitas bareng.
Tidak ada yang membosankan saat bersama keluarga, asalkan kita fokus sepanjang prosesnya. Bahkan sebenarnya ada banyak hal kreatif yang bisa kita lakukan terkait main bareng, ngobrol bareng dan beraktivitas bareng. Mbak Ressy sempat membagikan beberapa contoh kegiatan yang asyik untuk di-ATM (amati, tiru dan modifikasi). Mau tahu?
Contoh kegiatan-kegiatan seru yang dilakukan di keluarga mbak Ressy;
1. Sesi Ngobrol Girls Talk dan Boys Talk
Selain ada sesi ngobrol bareng seluruh keluarga. Ada pula sesi ibu ngobrol hanya dengan anak perempuan, dan bapak ngobrol hanya dengan anak laki-laki. Semacam Girls Talk dan Boys Talk. Tidak perlu direncanakan, cukup ngobrol hal-hal remeh yang asyik. Semakin banyak ngobrol, bonding dengan anak akan semakin terbentuk. Nanti di lain waktu sesi ngobrol bertukar posisi. Ibu gantian ngobrol dengan anak laki-laki, dan bapak ngobrol dengan anak perempuan.
2. Sesi Ceritaku
Dibuat seperti arisan, nama seluruh anggota ditulis pada sebuah lintingan kertas. Lalu dikocok, nama yang keluar mendapat jatah untuk bercerita. Satu anak mendapat jatah bercerita selama 30 menit. Boleh cerita apa saja dan boleh mendapat pertanyaan. Berapapun usianya mendapat jatah waktu bercerita yang sama.
3. 1 Hari 1 Permainan
Setiap hari ada anak yang diberi amanah untuk menjadi PJ/ penanggungjawab menyelenggarakan permainan. PJ ini yang akan memilih jenis permainan, dan anggota keluarga lain menjadi pesertanya.
4. Pementasan
Memilih pimpinan produksi untuk mengadakan pementasan di rumah. Siapkan kostum, panggung dan dekorasi secara bersama-sama. Pentas sendiri dan ditonton sendiri.
5. Detective Game
Bahkan saat membagikan hadiah kepada anak-anak, kegiatannya pun bisa dibuat seru yaitu dikemas dalam permainan detektif. Misal, diberi clue dan anak-anak mencari lokasi di mana hadiah itu disembunyikan.
6. Menghadirkan Tamu baik Offline maupun Online
Selama pandemi, mbak Ressy menghadirkan tamu di rumahnya, baik tamu online maupun offline. Kehadiran tamu mengajarkan anak tentang adab menerima tamu, sekaligus bisa mendengar cerita dan pengalaman dari tamu tersebut. Nanti pengalaman itu bisa menjadi bahan diskusi yang asyik bersama anak-anak.
Mbak Ressy bercerita bahwa dalam setiap kegiatan yang ada di rumah, semua anggota keluarga ikut terlibat termasuk suami. Sebelum masuk ke sesi tanya jawab, mbak Ressy menegaskan bahwa kunci agar strategi membangun a home team bisa terlaksana dengan baik yaitu sebagai berikut;
Anak-anak tidak akan pernah menolak 4 hal; bermain, bercerita/ dongeng, hadiah dan kejutan
Maka, sudah siapkah teman-teman menghadirkan 4 hal tersebut?
Sesi Tanya Jawab
1. Bagaimana kalau suami tidak mau terlibat dalam main bareng, ngobrol bareng dan beraktivitas bareng?
Mbak Ressy menjawab bahwa izin dari suami sudah merupakan salah satu bentuk dukungannya terhadap kita. Maka, syukuri izin tersebut dan eksekusi saja kegiatan yang sudah kita rencanakan bersama anak-anak. Saat kita dan anak-anak merasa bahagia, lalu membagikan kebahagiaannya tersebut kepada suami. Terus berproses menjadi ibu yang baik, semakin taat dan sayang, rumah beres, kualitas karakter dan pendidikan anak-anak meningkat, tanpa dipaksa, lama-lama suami juga akan ikut dengan tersendirinya.
Momen saat suami mbak Ressy pada akhirnya mau ikut terlibat diakuinya sebagai momen yang tak pernah disangka – sangka.
Kuncinya adalah mulai dari diri sendiri, berproses. Berbagi bahagia dan bukan berbagi beban.
2. Bagaimana Me Time ala Mbak Ressy dan Mengatasi Me Time saat LDM?
Mbak Ressy menyampaikan me time setiap orang berbeda-beda. Kalau untuk beliau, me time yang paling personal yaitu saat sholat. Karena saat itulah, mbak Ressy merasa benar-benar memiliki waktu khusus.
Sementara itu untuk mengatasi pengelolaan me time saat LDM dengan suami yaitu penuhi dulu hak anak-anak. Saat hak mereka telah dipenuhi, anak-anak tidak akan mengganggu saat kita meminta izin untuk melakukan hal yang personal, entah untuk bekerja, melakukan pekerjaan domestik ataupun melakukan hobi.
Mbak Ressy mencontohkan kegiatannya, setiap pagi beliau full membersamai anak-anak tanpa disambi gadget, kompor dan segala yang kotak-kotak. Mata jiwa raga sepenuhnya hanya fokus pada anak-anak. Saat anak-anak sudah puas bermain atau menghabiskan waktu dengan kita, saat ditinggal mereka tidak akan mengganggu. Yang terpenting jangan lupa izin dan berikan pemahaman mengenai time border. Misal, jam 8 – 10 kita bermain bersama, nanti jam 10 – 12 ibu akan ada kelas online dulu ya.
Intinya ada komunikasi dan kebutuhan jiwa anak-anak terpenuhi.
3. Kalau anaknya banyak, enak ya bisa ramai saat berkegiatan. Bagaimana kalau anaknya sedikit ?
Jumlah anak tidak menentukan keseruan dalam sebuah permainan. Mbak Ressy bercerita bahwa beliau main bersama anak ya sejak anak masih satu. Pilihan kegiatan bisa disesuaikan dengan keluarga masing-masing. Kegiatan yang cocok di sebuah keluarga belum tentu cocok di keluarga lain. Ada keluarga suka main outdoor, dan ada keluarga yang tidak suka. Ada yang cocok dengan board game, ada pula yang tidak.
Temukan kegiatan yang paling cocok untuk keluarga kita.
4. Bagaimana mengatasi kebosanan yang terjadi?
Sebagai orangtua, kita harus selalu update. Sejatinya anak-anak sangat kaya dengan ide. Orangtua hanya perlu memfasilitasi ide dari anak-anak. Kalau kita mau menggali ide dari anak-anak, bahkan seringkali kehabisan waktu untuk bergantian memfasilitasi ide-ide yang ada.
Kuncinya adalah banyak ngobrol, sehingga kita tahu keinginan anak. Jadi tahu pengennya main apa. Beraktivitas bareng secara fokus insya Allah nggak akan membosankan dan tidak melelahkan, justru akan sangat membahagiakan.
5. Bagaimana bila anak berbeda kesukaan? Anak yang satu sukanya main robot, dan anak yang lain sukanya main board game. Sedangkan semua anak maunya bermain dengan sang ibu?
Perbedaan adalah hal yang pasti. 5 anak pasti juga memiliki 5 hal yang berbeda. Namun intinya kembali lagi terletak pada komunikasi. Perbanyak sesi ngobrol sehingga saling memahami dan menemukan yang disukai.
Ajak anak untuk berdiskusi dan mencari solusi. Misal, kakak suka ini, adik suka ini. Yang kita sama-sama suka apa ya? Atau bisa juga dengan melakukan kegemaran masing-masing secara bergiliran. Bagaimana kalau setengah jam kita melakukan permainan kesukaan adik, dan nanti setengah jam setelahnya kita melakukan permainan kakak?
Sebagai orangtua kita boleh membantu mencari solusi, tapi biarkan anak-anak yang membuat keputusan.
Dari kondisi ini, anak-anak bisa mengenal dan memahami perbedaan. Kondisi ini juga memungkinkan kita untuk mengajak anak untuk berkolaborasi, belajar bertoleransi dan berempati. Selain itu anak juga belajar untuk menahan diri dan memberi kesempatan.
6. Anak usia berapa yang paling pas untuk diajak home project?
Menurut mbak Ressy, tiap anak berbeda-beda. Orang tuanya yang paling tahu. Kalau untuk terlibat dalam project, semua usia bisa. Namun untuk menjadi pimpinan project, sekurang-kurangnya usia 9 tahun.
Pemenang #KeluargaChallengeIIP
Di bagian terakhir event PIJAR #1 dibagikan 4 Voucher @ Rp 50.000 dari KIPMA untuk 4 peserta terbaik yang telah mengikuti #KeluargaChallengeIIP. Selamat buat 4 orang dengan akun instagram di bawah ini;
Jangan lupa untuk segera DM ke akun IG official Institut untuk klaim voucher tersebut ya.
Btw, event PIJAR ini bisa terselenggara dengan baik karena ada dukungan dari KIPMA (Koperasi Ibu Profesional Mandiri). Buat teman-teman yang mau belanja aneka snack, buku karya member IIP, dan bahkan yang mau kurban, bisa lo langsung cuzz ke akun IG @kipmarket.
Sampai jumpa di sesi PIJAR berikutnya. Wejangan terakhir dari mbak Ressy;
Terus belajar, terus bergerak, dan terus berproses. Temukan strategi yang cocok dengan keluarga kita., dan jangan lupa bahagia. Keluarga itu menyenangkan, asal dikelola dengan baik.
Buat teman-teman yang sudah menonton video PIJAR #1 di Youtube, ataupun membaca artikel ini, yuk berbagi kebahagiaan atas apa yang telah didapat dari materi yang super bermanfaat ini. Silakan bisa share di kolom komentar web, Youtube atau boleh juga lo share via postingan di media sosial, jangan lupa tagging akun IG @institut.ibuprofesional yaa!
Salam perempuan pembelajar!
Pembelajaran yang hebat.
Mengasuh anak dengan bermain .
Tapi tidak main-main